Pages

Kamis, 20 September 2012


Lorongku tak bertalikan musim
Penat berjingkat dari mimpi memaki nada keabadian
Berkawan perasaan nan hambar laguku
Terwengku syair menggigil sepanjang kemarau

       Tak apa buih berwujud menjelma bayang
       Laraku laksana bayang
       Yang tak terlepas dari raga

       Musim berlalu, dingin menyapa membingkai onak dalam tanya. Tak ada kebencian sekalipun pagi menyapa membakar kisah. Rinduku halimun tipis menusuk ulu hati hingga membeku bagai arca tak terpahatkan.

       Lenggang waktu menari dengan jentik jemari memaki, berbilur hasrat membakar sehelai asa yang menjula keinginan tentang kisah pelangi setelah hujan.

Nyata dalam dilema, Moch. Nashril di Lembah Sayang Penantian-Bukit Rindu.