Pages

Sabtu, 23 Juni 2012

Dari Bukit Rindu Untuk Mitha Ria S Bag. 2



                Telah aku ungkap tentang berbagai perasaan untuk menemuimu wahai engkau sahabat, namun curam dan terjal likuan hidup telah memojokan nurani hingga terwengku dalam sebuah harap nan panjang. Demikian lelah jika harus kutapaki lorong dawai asmaramu. Fatamorgana bersambung, menyimpan berjuta tanya dalam risau.

Lihatlah aku sekali saja
Bukan kata tak bermakna dalam diam
Risau hati mendekap jiwa
Lirih dan sendu bahasamu, telah menuntun jiwa dalam tenang
Bisikanlah wahai angin
Curah hujan demikian deras
Bersahut dengan kegamangan sikap dalam nyata
Ketahuilah engakau, tentang bintang yang bernyanyi
Dan pahamilah senandung rembulan yang tersembul
Esok pagi adalah cerita
Selaksa peristiwa mengubah deru ombak dari angkuh yang ditemui

                Disinilah, dibalik Bukit Rindu ini, senandung tentang harap kian deras mengalir namun aku rasa bagai awan yang mengapung tak berhaluan dan semua seakan tak membekas dalam pelataran nada-nadamu. Risau pun telah menjelma kabut dari halimun yang menusuk hingga ujung kelopak mata. Dendangkanlah kembali nyanyian kenari yang tersembunyi dan tuntunlah aku dari kenisbian masa lalu yang mewengku, serta lepaskanlah risau hati di persimpangan dalam jiwa penuh damai.
                Sahabatku Mitha, telah aku paparkan tentang rasa kerinduan yang menimpa dan aku peduli lara yang aku rasa, namun semua hanya menjadi catatan-catatan hampa dan melengkapi masa lalu bagiku. Dendangkanlah kembali sahabatku, tentang senandung keceriaan seperti kemarin lalu. Demikian kebahagiaan kutemui dalam bait nada-nadamu.
                Malam telah menyenting sepi dari helaan nafas yang kukenang. Esok pagi adalah cerita tentang harap yang demikian membayang remang. Kebahagiaan pun masih tersimpan disini, di balik Bukit Rindu ini. Biarlah kebahagiaanku terwengku disini, aku masih memiliki pagi dan embun yang akan kujadikan peristiwa indah dari senandung harap tentang  nyanyian-nyanyian ghaib ketika malam menyapa membangunkan dari mimpi.
                Biarkan semua demikian adanya, seperti matahari yang tanpa lelah menyinari pada buana dengan berbagai lakon dan peristiwanya. Dan akan kupelajari kesetiaannya tentang mengagumimu setulus dan seabadi pancaran sinarnya.