Pages

Kamis, 21 Juni 2012

Dari Bukit Rindu Untuk Mitha Ria S


Dari Bukit Rindu Untuk Mitha Ria S

               
Perputaran telah merubah zaman, deras samudera biru telah mengikuti jejak dan nafas hingga tak satu pun kisaran damba menjelma dalam damai. Mataku kian memerah karena tangis disudut kengerian luka yang tak pernah usai dari peran dan lakonku.

Sajak pucat cemara
Menyimpan bunga-bunga
Riak danau semilir angin
Lepas, kulepas tanpa bingkai
Engkau seperti bayi yang terlahir
Yang tak tampak bersama tangis
Lalu menjelma bayang
Lalu aku menekur haus
Rasa rindu yang mengembarai hati
Kuberanikan, kukatakan

Buat Sahabatku, Mitha…
            Setelah badai prahara menggulung dalam perputaran zaman, kesunyian pun berlalu dari berjuta terpaan pengharapan tapi aku kian lelah mencari alunan syair tentang keindahaan. Bagai mentari pagi yang melekatkan kehangatan dalam rasa dan imajinasi. Engkau adalah sumber dari segala inspirasiku yang senantiasa aku butuhkan.
                Untuk berlayar dalam badai dan angkara samudera biru, telah aku siapkan kokohnya kemudi dalam sujud serta kencangnya kendali dengan terpaan pawana yang membelai hingga kedalaman sanubari. Namun selaksa misteri yang kutemui dalam nada-nadamu, aku harap bukanlah ranting penghalang keindahan sajak-sajaku, namun aku harap adalah pantulan sinar rembulan yang memberkas cahaya keindahan, seindah bunga mekar diantara tetesan embun yang telah meresap.
                Selaksa rasa semakin dalam bergemuruh dari berbagai tiram lautan luas, kesejukan nafas seakan mengalir bersenandung dendang keindahaan fanorama dan berwujud tentang kerinduan nan membentang disetiap malamku.
                Dalam detak dan nafas kedamaian, dari sisa perih cakar taring masa lalu yang telah terlepas dari bingkai memori yang terekam kisah. Kerinduan yang mengembarai hati, kuberanikan kukatakan dengan sebuah rasa dari pemapaparan tentang keinginan. Walau terlalu abstrak untuk kau simak, aku harap pancaran Illahi akan menarik segala makna tentang keagungan. Ya, hanya dengan ridho Illahi dan restu kedua orang tua, serta ikhlas dalam menghadapi kenyataan, dan apapun itu… hati kita akan tertaut pada kisaran kisah kebersamaan yang lebih nyata.